BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada
masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting
dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.
Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah
seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari
orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru
sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting
terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif,
karena berkaitan dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan
sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual
mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology:
1980). Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan
jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat.
Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui
dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan, seringkali remaja
sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika
harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut.
Karena
meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan sedang berada dalam
potensi seksual yang aktif, maka remaja berusaha mencari berbagai
informasi mengenai hal tersebut. Dari sumber informasi yang berhasil
mereka dapatkan, pada umumnya hanya sedikit remaja yang mendapatkan
seluk beluk seksual dari orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari
atau mendapatkan dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat
diperoleh, misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas
dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau internet.
Masa
remaja adalah masa yang penuh gejolak, masa yang penuh dengan berbagai
pengenalan dan petualangan akan hal-hal yang baru sebagai bekal untuk
mengisi kehidupan mereka kelak. Disaat remajalah proses menjadi manusia
dewasa berlangsung. Pengalaman manis, pahit, sedih, gembira, lucu bahkan
menyakitkan mungkin akan dialami dalam rangka mencari jati diri.
Sayangnya, banyak diantara mereka yang tidak sadar bahwa beberapa
pengalaman yang tampaknya menyenangkan justru dapat menjerumuskan. Rasa
ingin tahu dari para remaja kadang-kadang kurang disertai pertimbangan
rasional akan akibat lanjut dari suatu perbuatan.
Daya
tarik persahabatan antar kelompok, rasa ingin dianggap sebagai manusia
dewasa, kaburnya nilai-nilai moral yang dianut, kurangnya kontrol dari
pihak yang lebih tua (dalam hal ini orang tua), berkembangnya naruli
seks akibat matangnya alat-alat kelamin sekunder, ditambah kurangnya
informasi mengenai seks dari sekolah/lembaga formal serta
bertubi-tubinya berbagai informasi seks dari media massa yang tidak
sesuai dengan norma yang dianut menyebabkan keputusan-keputusan yang
diambil mengenai masalah cinta dan seks begitu kompleks dan menimbulkan
gesekan-gesekan dengan orang tua ataupun lingkungan keluarganya.
Memasuki
Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan kaum pendidik
bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja agar
ekstra berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang
berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring
perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan
pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan.
Pandangan
sebagian besar masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu
hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah
mereka menikah sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan
secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah
saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja
sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil di luar nikah,
aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari beberapa kenyataan
pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman yang
keliru mengenai seksualitas.
Arus
modernisasi juga berdampak negatif di kalangan remaja. Banyak
diantaranya yang telah melakukan seks bebas. Pendidikan seks dan
dampaknya masih kurang diperkenalkan kepada remaja Indonesia. Sebagian
kecil remaja Indonesia telah melakukan seks bebas terhadap pacar atau
temanya. Akses informasi yang begitu cepat melalui internet, komik
dewasa, Film dan game menyerbu remaja yang dikemas sedemikian rupa sehingga perbuatan seks dianggap lumrah dan menyenangkan.
1.2 Permasalahan
Dalam
penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah yang di hadapi adalah
apa bahaya seks bebas dan bagaimana menghindari seks bebas ?.
1.3 Tujuan Permasalahan
Tujuan permasalahan yang dihadapi yang terdapat dalam makalah ini adalah
1. Menambah pengetahuan tentang bahaya seks bebas dikalangan remaja;
2. Mengetahui cara untuk menghindari seks bebas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahaya Seks Bebas
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku.
Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab remaja
melakukan perilaku seks bebas. Salah satu di antaranya adalah akibat
atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton,
berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku
mereka, terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di
layar kaca maupun film yang ditonton di layar lebar. Dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin meningkat, dari 5% pada tahun 1990-an menjadi 20% di tahun 2000.
Secara
umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas
dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis,
HIV/AIDS, dll). Di Amerika Serikat setiap tahunnya hampir satu juta
remaja perempuan menjadi hamil dan sebanyak 3,7 juta kasus baru infeksi
penyakit kelamin diderita oleh remaja.
Untuk
menghindari perilaku seks bebas remaja yang berisiko tinggi, peran
orang tua dalam masa tumbuh kembang remaja sangatlah penting, antara
lain bahwa orang tua harus bisa menjadi sahabat remaja agar hubungan
orang tua dengan remaja terjalin dengan baik dan dapat menyelesaikan
masalah remaja dengan baik dan tuntas, diperlukan komunikasi yang baik
dan efektif.
Kehamilan
remaja bahkan sudah terbukti dapat memberikan risiko terhadap ibu dan
janinnya. Risiko tersebut adalah disproporsi (ketiduksesuaian ukuran)
janin, pendarahan, prematurilas, cacat bawaan janin, dan lain-lain.
Selain hamil, timbulnya penyakit menular seksual pada remaja juga perlu
dicermati. Penyakit tersebut ditularkan oleh perilaku seks yang tidak
aman atau tidak sehat. Misalnya, remaja yang sering berganti-ganti
pasangan atau berhubungan dengan pasangan yang menderita penyakit
kelamin. Selain akan membawa cacat kepada bayi, penyakit menular seks
yang menyerang usia remaja juga dapat mengakibatkan penyakit kronis dan
gangguan kesuburan di masa mendatang.
Perilaku
seks bebas tidak aman dikalangan remaja karena dapat dan banyak
menimbulkan dampak negatif, baik pada remaja putra maupun putri.
Biasanya dampak negatif atau akibat buruk dari perilaku seks bebas tidak
aman tersebut lebih berat dirasakan oleh remaja putri ketimbang remaja
putra. Seringkali remaja berperilaku seks berisiko karena tidak punya
cukup pengetahuan mengenai akibatnya. Berikut beberapa bahaya utama
akibat seks bebas :
1. Timbul Rasa Ketagihan
Seks
bebas akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya. Sekali
seseorang mencoba melakukan seks bebas, maka dapat dipastikan orang
tersebut akan melakukan terus menerus perbuatan seks bebas. Hal ini
disebabkan karena orang tersebut mendapatkan kenikmatan untuk
menyalurkan hasrat seksualnya.
2. Menciptakan Kenangan Buruk
Norma-norma yang berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar kepatutan. Apabila
seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau seks bebas maka
secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Keluarga
besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental
yang berat.
3. Mengakibatkan Kehamilan
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada masa subur. Kehamilan
yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang luar biasa.
Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan dan
malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya.
4. Menggugurkan Kandungan (aborsi) dan Pembunuhan Bayi
Aborsi merupakan tindakan medis yang ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan kanker rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat mengakibatkan kematian.
5. Penyebaran Penyakit
Penyakit
kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan keturunannya.
Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan
seks satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan
orang yang tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang
bisa ditularkan melalui hubungan seks adalah virus HIV.
Banyak
kehamilan yang terjadi akibat perilaku seks bebas yang merupakan
kehamilan yang tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin “orang
tuanya“ menggugurkan kehamilannya karena mereka belum siap untuk menjadi
ayah maupun ibu dari bayi yang akan dilahirkannya itu. Tindakan
menggugurkan kandungan (aborsi) dengan tidak berdasarkan alasan medis
jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku. Pelakunya akan mendapatkan
hukuman. Dampak lain dari menggugurkan kandungan adalah akan mengganggu
kesehatan seperti kerusakan pada rahim, kemandulan, dan lainnya.
Kehamilan
terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa
pihak pria. Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan
pada remaja sering disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja
terhadap proses kehamilan. Bahaya kehamilan pada remaja yaitu :
a. Hancurnya masa depan remaja tersebut.
b. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya belum siap.
c. Pasangan
pengantin remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya
karena terpaksa kawin karena nafsu, bukan karena cinta).
d. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
e. Remaja
wanita yang berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis
(dukun, tenaga tradisional) sering mengalami kematian strategis.
f. Pengguguran
kandungan oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali
indikasi medis (misalnya si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia
meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik yang meminta,
pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.
g. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.
2.2 Menghindari Seks Bebas
Para
ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah orang tua dari anak
itu sendiri. Pendidikan yang diberikan termasuk dalam pendidikan
seksual. Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang sifatnya sangat
pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati
antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara
ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya,
sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan antara
ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
Kemudian usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus
mulai dari mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam
memberikan pendidikan seks pada anak jangan ditunggu sampai anak
bertanya mengenai seks. Sebaiknya pendidikan seks diberikan dengan
terencana, sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat
anak menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun
mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa
hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, seperti yang diuraikan
oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini, mungkin patut anda
perhatikan :
1. Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2. Isi
uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang
tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi,
boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya : proses
pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya
tetap rasional.
3. Dangkal
atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t
belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan
dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek
kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat
menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4. Pendidikan
seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama
buat setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian
dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5. Pada
akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan
seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk
mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh
anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Perilaku
seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan jiwa seseorang. Perilaku
seks bebas sangat berbahaya sehingga patut kita hindari. Untuk
menghindari seks bebas, perlu dilakukan pendidikan seks kepada semua
anggota keluarga.
Pendidikan
seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks
manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Pendidikan seks bisa
juga diartikan sebagai sex play yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan seks dalam arti heterosexual,
dan bukan semata-mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis,
melainkan juga meliputi psikologis, sosio-kultural, agama, dan
kesehatan. Dalam pendidikan sek dapat dibedakan antara sex intruction yaitu penerangan mengenai anatomi, mengenai biologi dari reproduksi, pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi serta education in sexuality meliputi
bidang-bidang etika, moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan
lainnya. Sex instruction tanpa education in sexuality dapat menyebabkan
promiscuity (pergaulan dengan siapa saja) serta hubungan-hubungan seks
yang menyimpang.
Di
Amerika, materi pendidikan seks diberikan oleh orang tua secara
langsung. Dengan iklim yang sangat terbuka, mereka mendiskusikan materi
pendidikan seks dengan sang anak. Cara ini dinilai lebih baik ketimbang
anak mencari pengetahuan seks sendiri melalui media internet atau
majalah.
Menurut Kartono Mohamad (Diskusi Panel Islam dan Pendidikan Seks Bagi Remaja:
1991) pendidikan seksual yang baik mempunyai tujuan membina keluarga
dan menjadi orang tua yang bertanggungjawab. Beberapa ahli mengatakan
pendidikan seksual yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika,
pendidikan tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan
keluarga maupun di dalam masyarakat. Juga dikatakan bahwa tujuan dari
pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan
ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan
agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan
tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan
mental dan material seseorang. Selain itu pendidikan seksual juga
bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan mendidik anak agar
berperilaku yang baik dalam hal seksual, sesuai dengan norma agama,
sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo, Seksualitet dalam mengenal dunia
remaja, 1987).
Salah satu bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah sebagai berikut.
2.2.1 Pencegahan Seks Bebas Menurut Agama
Iman,
merupakan hal yang paling penting dalam berpacaran. Karena penilaian
kepribadian pasangan dapat dinilai saat berpacaran. Mereka yang menuntut
hal-hal yang melanggar norma-norma yang dianut, tentunya tidak dapat
diharapkan menjadi pasangan yang baik. Seandainya orang tersebut menjadi
suami atau istri kelak, tentunya keinginan untuk melanggar norma-norma
pun selalu ada.
Pencegahan menurut agama antara lain :
1. Memisahkan
tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha untuk mulai memisahkan
tempat tidur anak-anaknya ketika mereka memasuki minimal usia tujuh
tahun.
2. Meminta
izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-anak sudah
diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan masuk ke kamar orang
tuanya pada saat-saat tertentu.
3. Mengajarkan
adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian mengenai adab dalam
memandang lawan jenis sehingga anak dapat mengetahui hal-hal yang baik
dan buruk.
4. Larangan
menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual merupakan hubungan
yang sangat khusus di antara suami-istri. Karena itu, kerahasiaanya
pantas dijaga. Mereka tidak boleh menceritakan kekurangan pasangannya
kepada orang lain, apalgi terhadap anggota keluarga terutama
anak-anaknya.
2.2.2 Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga
Faktor
keluarga sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga
prilaku seks bebas dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan
seks dimulai pada saat anak sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi
mulai dapat diberikan pendidikan seks, agar ia mulai dapat memberikan
mana ciri-laki-laki dan mana ciri perempuan. Bisa juga diberikan saat
anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya tentang bagaimana bayi
lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan pendidikan seks
pada usia dini.
Menurut Afief Rahman (Psikologi praktis, anak, remaja dan keluarga: 1991),
pendidikan seks sebaiknya dimulai dari kandungan. Pembacaan ayat-ayat
suci dari Kitab Suci sangat penting. Hal ini ditujukan agar anak yang
dikandung mendapatkan keberkahan dari Sang pencipta seperti diketahui,
identitas seks manusia sudah dimulai sejak di dalam kandungan, sehingga
memang sepantasnya pendidikan seks dimulai pada fase tersebut.
Pencegahan seks bebas dalam keluarga antara lain :
1. Keluarga harus mengertitentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak mereka.
2. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah seks.
3. Jangan menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang sama.
4. Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang sopan.
5. Meyakinkan kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.
6. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
7. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan sesuata yang paling berharga.
8. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.
Masa
remaja merupakan masa yang rentan seorang anak dalam menghadapi gejolak
biologisnya. Ditunjang dengan era globalisasi dan era informasi yang
demikian rupa menyebabkan remaja sekarang terpancing untuk coba-coba
mempraktekkan apa yang dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya
merupakan informqasi tentang indahnya seks bebas yang bisa membawa
dampak pada remaja itu sendiri.
Pihak
orang tua cenderung menganggap bahwa seks bebas dapat dicegah dengan
melakukan peraturan yang keras terhadap anak-anaknya. Padahal hubungan
seks tersebut kerap kali dilakukan di rumah saat orang tuanya sedang
pergi.
Untuk
menghindari anak-anak dari hubungan seks bebas, berikut ini ada
beberapa tips yang baik untuk menghindari masalah tersebut.
1. Diskusikan
seks dengan anak, meski anda sendiri, mungkin merasa risih, pendidikan
seks sebaiknya dilakukan dalam perbincangan santai, seperti mengomentari
sesuatu hal yang anda lihat bersama atau menjawab pertanyaan anak.
2. Bercakap-cakap
tentang seks dan kontrasepsi bukan berarti anda setuju dan mengizinkan
anak melakukan hubungan seks. Melalui bercakap-cakap orang tua dapat
mengungkapkan perasaannya tentang seks dan nilai-nilai yang terkandung
di dalamnya
3. Jadikan
orang tua, tempat bertanya. Orang tua sebaiknya tidak mengkritik
pertanyaan anaknya. Yang pasti anak tahu kalau orang tua akan
mendengarkannya. Kalau pertanyaan itu mungkin membuat anak takut atau
marah, cobalah untuk tidak menunjukkan hal itu atau cepat-cepat
mengakhiri diskusi. Berikanlah jawaban yang objektif.
4. Bantu
peningkatan rasa percaya diri, perdalam kemampuan khusus atau hobi bagi
anak. Penguasaan suatu keterampilan akan memicu anak rasa percaya diri
tanpa harus memikirkan seks.
5. Ajak
anak mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena dengan
melatih diskusi akan mengalihkan perhatiannya dari hal-hal yang
berkaitan dengan seks.
6. Bila
anda seorang ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap putri anda.
Kalau ayah tak lagi menunjukkan sikap kasih sayang, seperti memeluk,
saat putrinya remaja ia jadi terluka dan mencari perhatian pada lawan
jenisnya.
7. Jangan
bersikap terlalu keras terhadap anak, karena akan membuat anak jadi
pembangkang. Terlebih orang tua cenderung menganggap seks dapat dicegah
dengan memberlakukan peraturan yang keras terhadap anaknya. Padahal seks
dilakukan di rumah saat orang tuanya pergi. Untuk menghindari hal itu
orang tua bisa membuat peraturan uang tidak membolehkan teman lawan
jenis datang kerumah bila tidak ada orang dewasa di rumah.
8. Bentengi
anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil, agar mereka
mengerti bahwa melakukan hubungan seks di luar nikah merupakan dosa
besar.
1. Keluarga Ujung Tombak Pencegahan
Pencegahan
seks bebas dapat dilakukan melalui pendekatan ketahanan keluarga.
Sayangnya, fungsi keluarga ini sudah sering ditinggalkan. Pemahaman
semua serba boleh dan hilangnya rasa malu, ikut sosialisasi sehingga
nilai-nilai penting yang seharusnya menjadi fungsi sebuah keluarga
ditinggalkan. Ada
delapan fungsi keluarga yang perlu diterapkan terutama kepada
anak-anak. Ke delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama, budaya, cinta
kasih, fungsi perlindungan, reproduksi, sosial, ekonomi dan pelestarian
lingkungan.
Selain
menerapkan fungsi keluarga tadi, perlu upaya pencegahan lainnya seperti
meningkatkan sosialis dan ketakwaan kepada Tuhan, tidak melakukan
hubungan seks di luar nikah, setia pasangan, menggunakan jarum suntik
yang steril. Selain itu bila ingin melakukan atau menerima sosialisasi
darah harus benar-benar bebas dari HIV/AIDS, tidak menggunakan seks
dengan kelompok pengidap, tidak menggunakan pisau cukur, gunting kuku,
sikat gigi dari pengidap HIV/AIDS serta menggunakan kondom.
2. Pola Asuh
Sementara
pembicara lain, Dra Hj Telly P Siwi Zaidan Psi, mengatakan perlunya
menerapkan pola asuh yang tepat untuk menghindarkan remaja dari
pergaulan dan seks bebas. Remaja,menurut psikolog ini, sangat rentan
terhadap HIV/AIDS karenanya perlu perhatian ekstra tapi tetap dengan
pola demokratis. “Pila asuh otoriter di mana keinginan orangtua
dinomorsatukan atau pola asuh permissive (segala keinginan anak dituruti) bukan pola asuh yang tepat.
Pola
asuh demokratis yang perlu diterapkan, karena di dalamnya ada proses
diskusi antara anak dan orangtua,” kata Telly. Untuk menghindarkan
remaja dari seks bebas, perlu pengetahuan dan informasi yang benar yang
sampai pada remaja bersangkutan. “Adalah tugas kita semua terutama
orangtua untuk membekali remaja dengan ajaran yang benar tapi tidak
menghakimi,” demikian Telly.
1. Agama: membina norma dan ajaran agama dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari
2. Budaya: membina tugas-tugas keluarga, meneruskan norma dan menyaring budaya asing
3. Cinta kasih: tumbuh kembangkan potensi kasih sayang antara anggota keluarga
4. Perlindungan: penuhi sosialisasi rasa aman pada anggota keluarga
5. Reproduksi: bina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan kesehatan reproduksi bagi keluarga
6. Sosial: sadari, rencanakan keluarga sebagai pendidikan dan sosialisasi pertama
7. Ekonomi: lakukan kegiatan ekonomi di lingkungan keluarga untuk menopang kelangsungan kehidupan keluarga
8. Pelestarian lingkungan: bina kesadaran sikap, praktik pelestarian lingkungan dalam keluarga.
Kiranya,
pendidikan seks bagi remaja memang sangat diperlukan, untuk memberikan
kesadaran kepada remaja akan pentingnya menjaga hak reproduksinya. Oleh
karena itu, diharapkan agar pendidikan seks kepada anak-anak dan remaja
baik laki-laki maupun perempuan bisa diajarkan dengan tepat pula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seks bebas merupakan tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual yang ditujukan dalam bentuk tingkah laku. Ada
beberapa faktor penyebab remaja melakukan seks bebas, diantaranya
adalah menonton film porno, pengaruh pergaulan bebas, penyaluran hasrat
seksual, dan kurangnya peran dan perhatian orang tua kepada anaknya.
Secara
umum ada dua dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks bebas
dikalangan remaja yaitu kehamilan dan penyakit menular seksual (sipilis,
HIV/AIDS, dll). Cara menghindari seks bebas yaitu melalui pendidikan seks, pendidikan
seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang anatomi fisiologi seks
manusia, bahaya penyakit kelamin dan sebagainya. Salah satu
bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah pencegahan seks
bebas menurut agama dan pencegahan seks bebas dalam keluarga.
3.2 Saran
1. Tingkatkan keimanan dan selalu dekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Tumbuhkan norma dan nilai-nilai sosial.
3. Hindari pergaulan bebas yang dapat menjurus ke dalam perilaku seks bebas.
4. Katakan
"tidak", jika pasangan menghendaki aktivitas berpacaran melebihi batas.
Terutama bagi remaja putri permintaan seks sebagai "bukti cinta",
jangan dipenuhi, karena yang paling rugi adalah pihak wanita. Ingat !!,
sekali wanita kehilangan kegadisannya, seumur hidup ia akan menderita,
karena norma yang dianut dalam masyarakat kita masih tetap mengagungkan
kesucian. Berbeda dengan wanita, keperjakaan pria tidak pernah bisa
dibuktikan, sementara dengan pemeriksaan dokter kandungan dapat
ditentukan apakah seorang gadis masih utuh selaput daranya atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsah, Singgih. D., 1995. Pendidikan Seksual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sabas Hartono, Hadi. 2009. “Makalah Dampak Seks Bebas Dikalangan Remaja”. Dalam http://www.google.com/hadi.asp
0 komentar:
Posting Komentar