Senin, 20 Mei 2013

Murid yang Dikasihi Tuhan

Inilah kutipan ayat-ayat yang memuat tulisan "murid yang dikasihi Tuhan" :
Yohanes 13:23
Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang dikasihi-Nya, bersandar dekat kepada-Nya, di sebelah kanan-Nya.

Yohanes 19:26

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu!"

Yohanes 21:7

Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.

Yohanes 21:20

Ketika Petrus berpaling, ia melihat bahwa murid yang dikasihi Yesus sedang mengikuti mereka, yaitu murid yang pada waktu mereka sedang makan bersama duduk dekat Yesus dan yang berkata: "Tuhan, siapakah dia yang akan menyerahkan Engkau?"

Pada artikel : Hanya Satu Murid yang Menyaksikan Penyaliban Yesus, telah dikemukakan tentang siapa murid yang menyebut dirinya "murid yang dikasihi Tuhan", yakni:
"Dialah murid, yang memberi kesaksian tentang semuanya ini dan yang telah menuliskannya dan kita tahu, bahwa kesaksiannya itu benar." (Yoh 21:24).
Bahwa murid yang dikasihi Yesus itu adalah penulis Injil Yohanes dan dengan demikian dialah murid Yesus yang bernama Yohanes (bahasa Yunani Ιωάννης - Ioannes), saudara Yakobus, anak-anak Zebedus (mis. Mat 4:21).

Banyak sudah upaya untuk mendapat gambaran mengapa Yohanes menjadi murid yang satu-satunya disebut dikasihi Tuhan. Ada yang mencoba mencari hikmat itu dengan meneliti segala sesuatu yang terkait dengan diri Yohanes entah dari kisah hidupnya maupun dari tulisan-tulisannya di dalam Kitab Perjanjian Baru. Tetapi upaya itu tampaknya berpijak dari sudut pandang seolah-olah Yesuslah yang  menyebutkan secara langsung pernyataan bahwa Yohanes adalah murid yang Ia kasihi. Artikel ini tidak memandang dari sudut pandang tersebut.


Mengapa? Karena ungkapan "murid yang dikasihi" ini bukanlah pernyataan dari Yesus sendiri. Tidak ada kalimat langsung, misalnya seperti ini: "Hai Yohanes, engkaulah murid yang Aku kasihi", atau pernyataan lain yang mengandung maksud yang sama. Sama sekali tidak ada. Meskipun Yohanes termasuk dari tiga murid yang kerap diikutsertakan oleh Yesus dalam pelayanan-Nya, yakni bersama Petrus dan Yakobus, tetapi tidak catatan tentang pernyataan Yesus secara langsung perihal keistimewaan kasih-Nya kepada Yohanes.

Mungkin ada yang berkata, bagaimana dengan perkataan Yesus di atas kayu salib yang secara khusus menyerahkan Yohanes kepada ibu-Nya dan  juga sebaliknya (Yoh 19:26-27) ? Memang, sepintas pernyataan Yesus ini memberi petunjuk kuat tentang keistimewaan Yohanes dan karena itu tidak sedikit pernyataan Yesus di sini dijadikan dasar untuk mengatakan bahwa Yesus mengkhususkan kasih-Nya kepada Yohanes. Tetapi, mari kita perhatikan bahwa di antara 11 murid Yesus (tanpa Yudas yang sudah mati bunuh diri), hanya Yohaneslah  yang berada di lokasi penyaliban Yesus saat itu (lih artikel tentang ini). Jika murid-murid lainnya juga ada di kaki salib Yesus saat itu bersama-sama Yohanes, lalu Yesus membuat pernyataan ini dengan menunjuk langsung kepada Yohanes, maka itu berarti Yesus mengistimewakan Yohanes. Tetapi jika hanya Yohanes sendiri satu-satunya murid yang berada di tempat itu, maka pernyataan Yesus ini tidak membuat Yohanes istimewa dari murid-murid Yesus lainnya. Dalam hal ini kita tidak sedang bicara tentang maksud dari isi pernyataan Yesus di sini (Yoh 19:26-27), melainkan mencoba mengerti pernyataan tentang "murid yang dikasihi Tuhan" dalam kelompok murid-murid Yesus. Bagaimana mungkin kita mengambil pernyataan Yesus di sini sebagai bukti bahwa Yohanes berbeda dari yang lainnya sementara yang lainnya tidak berada di tempat pada saat yang sama? Dapatkah kita memastikan bahwa apabila pada saat itu ada murid lain selain Yohanes di tempat penyaliban itu, Yesus tetap hanya menunjuk kepada Yohanes?

Ada pula yang berkata bahwa Yohanes adalah "murid yang dikasihi Tuhan" karena hanya Dialah yang bertahan mendampingi Yesus hingga kematian-Nya di kayu salib. Bisa saja demikian.  Tapi siapa yang dapat memastikan bahwa itu adalah pikiran Yesus? Jangan-jangan hanya pikiran kita sendiri yang tanpa sadar menyamakan Yesus dengan manusia daging, yang seringkali akan memberikan kasih yang istimewa  hanya kepada orang-orang yang baik kepada kita. Sebaliknya kalau orang itu tidak baik kepada kita, tidak perduli kepada kita, tidak ada pada waktu kita susah, kita anggap tidak patut juga untuk dikasihi. Itu kita.Tapi apakah itu juga pribadi Yesus?

Kita perlu hati-hati, sebab tidak jarang bacaan ini dihubungkan kesana kemari sesuka hati oleh beberapa pengkhotbah. Misalnya, adalah tidak tepat bila kita bicara soal kesetiaan Yohanes dan ketidaksetiaan murid-murid lainnya hanya karena ketidakhadiran mereka di bukit Golghota, lalu mengatakan karena itulah Yohanes disebut murid yang dikasihi Tuhan. Hati-hati, sebab kesetiaan seluruh murid Yesus kepada Yesus itu luar biasa dalam kelanjutan hidup mereka sampai akhir hidup mereka. Semua mengalami penderitaan karena nama Kristus. Kehadiran "hanya" Yohanes tidak seketika berarti murid yang lain adalah buruk di mata Tuhan. Ah, saya tidak ingin berpanjang-panjang lagi tentang hal ini.  Saya hanya berpatokan pada tidak adanya pernyataan langsung dari Yesus bahwa Ia mengistimewakan kasih-Nya kepada Yohanes.

Begitu pula dengan murid-murid Yesus lainnya. Tidak ada pernyataan langsung dari mereka yang menyapa atau menyebut Yohanes sebagai murid yang dikasihi Tuhan. Misalnya, "Hai murid yang dikasihi Tuhan, Guru memanggilmu". Tidak ada  pernyataan serupa ini. Kalau kesan bahwa Yohanes "dekat" dengan Yesus sepertinya ada dalam pandangan Simon Petrus. Kita menemukan ini dalam dua kisah. Petrus memberi isyarat kepada Yohanes untuk menanyakan perihal siapa yang dimaksudkan Yesus dengan murid yang akan mengkhianati Dia (Yoh 13:24). Tapi ini bisa jadi juga karena ketika itu Yohanes duduk tepat di sisi Yesus (Yoh 13:23).  Dan yang kedua, Petrus menanyakan kepada Yesus bagaiman nasib Yohanes kelak (Yoh 21:20-23). Ketika itu Petrus baru saja mendapat gambaran tentang masa tua dan akhir hidupnya dari Yesus (Yoh 21:18-19). Dalam pertanyaannya terkesan penasaran, "Kalau saya begitu, bagaimana dengan murid yang dekat dengan Yesus ini?", kira-kira seperti itu. Walau demikian, tetap saja tidak ada pernyataan langsung baik dari Petrus maupun dari rekan-rekan Yohanes lainnya tentang kekhususan kasih Yesus kepada Yohanes. Singkatnya, pernyataan Yohanes "murid yang dikasihi Tuhan" tidak datang dari Yesus dan juga tidak dari rasul-rasul lainnya. 

Nah sekarang, perhatikanlah bahwa ungkapan "murid yang dikasihi Tuhan" hanya terdapat di dalam kitab Injil Yohanes. Di luar itu tidak ada. Jadi, hanya Yohanes yang memiliki catatan ini. Dengan perkataan lain, Yohanes sendiri lah yang menulis bahwa ia adalah "murid yang dikasihi Tuhan". Menarik bukan?  

Yesus tidak perlu mengatakan hal itu secara langsung, dan orang lain  juga tidak perlu memandang demikian, tetapi itulah yang dirasakan oleh Yohanes secara pribadi, bahwa Yesus mengasihi dia. Berjalan bersama Yesus membuat Yohanes memahami bahwa setiap detil dari hidup dan karya Yesus adalah kasih.  Dan itu tidak diperolehnya semata-mata dari hasil melihat bagaimana Yesus terhadap orang lain. Berjalan bersama Yesus justru membuat Yohanes mengecap kasih Tuhan secara pribadi dalam hidupnya. Kehadiran Yesus adalah jawaban untuk segenap kasih yang didambakannya, bahkan rupanya telah  melebihi  kerinduan dan batas pengertian Yohanes akan kasih itu sendiri. Maka, bagi Yohanes itu spesial.

Kekhususan ini bukan dalam arti Yohanes memandang dirinya dikasihi setingkat lebih tinggi dari murid yang lain atau bahwa hanya dia yang dikasihi Tuhan sedangkan murid lain tidak dikasihi oleh Yesus. Tidak demikian. Yohanes bahkan menuliskan bahwa kasih Tuhan berlaku kepada semua murid-Nya:
Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya. (Yoh 13:1)
Pernyataan "murid yang dikasihi Tuhan" ini adalah pernyataan pribadi seorang Yohanes yang memandang bahwa tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa Yesus tidak mengasihinya. Yohanes berhasil memandang dan merasakan bahwa kehadiran Yesus telah mengalirkan kasih yang besar ke dalam hidupnya secara pribadi. Kasih Yesus itu terlampau besar untuk dapat dikatakan kurang bagi dirinya, bahkan melebih dari yang ia sendiri harapkan. Kasih Yesus telah menyentuh hidup Yohanes lebih dari yang dirindukan oleh seorang Yohanes. Maka dalam tulisannya Yohanes membuat suatu pengakuan akan kasih Tuhan kepada dirinya dan membahasakan sukacitanya akan hal itu dengan menuliskan bahwa ia adalah "murid yang dikasihi Tuhan". 

Bagaimana dengan kita? Apakah kita merasakan bahwa kita adalah "murid yang dikasihi-Nya"? Kasih Yesus bukan kata-kata belaka. Kasih-Nya sudah terbukti melebihi batas pengertian kita akan kasih itu sendiri. Terlalu besar untuk dapat dikatakan kurang, bahkan melebih dari yang kita dambakan. Karena itu belajar dari Yohanes, kita juga seharusnya menyaksikan kasih Yesus yang nyata dalam hidup kita dengan berkata, "Saya adalah murid yang dikasihi Tuhan." Amin. *** [HEP]

Read more: infosituskristen.blogspot.com http://infosituskristen.blogspot.com/2011/02/murid-yang-dikasihi-tuhan.html#ixzz2TpdAu6Zo
B'coz of LOVE http//:infosituskristen.blogspot.com

0 komentar:

Posting Komentar