A.
Iman
Menurut Ibrani 11:1, iman adalah dasar
dan segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dan segala sesuatu yang tidak
kita lihat. Dan ayat tersebut paling tidak ada dua kata kunci yaitu
dasar-harapan dan bukti. Ini menunjukkan bahwa iman merupakan pijakan dari
setiap harapan kita sekaligus bukti dan “keberadaan sesuatu” yang tak
terjangkau oleh akal budi manusia.
Dengan demikian, iman melampaui segala
akal pikiran manusia. Jawaban atas pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh
pikiran manusia dapat dijawab dengan iman. Misalnya tentang Tuhan.
Dengan menggunakan pikirannya, manusia
sulit mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Iman muncul dan
hati nurani manusia. Itu sudah ada sejak manusia tercipta. Dengan demikian iman
tidak dapat dipaksakan kepada atau untuk seseorang.
Iman seseorang muncul dan kesadarannya
terhadap kuasa di luar manusia yang kekuatannya melebihi kekuatan manusia (baca
iman luar biasa milik seorang perempuan yang sakit pendarahan dalam Matius
9:20). Kesadaran tersebut kemudian memunculkan kepercayaan tentang keberadaan
yang sifatnya melebihi manusia. Masing-masing memiliki kepercayaan yang
berbeda-beda.
Iman dalam konteks kekristenan,
berdasarkan Ensikiopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, adalah sikap seseorang yang
melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan,
entah itu kebajikan, kebaikan, atau apa saja. Kemudian sepenuhnya mengandalkan
Tuhan Yesus Kristus dan mengakui bahwa segala sesuatu hanya dari Dia. Intinya
iman Kristen adalah iman yang berpusat pada Tuhan Yesus Kristus.
Lebih lanjut dikatakan dalam Ibrani
12:2, Yesus memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita menuju kesempurnaan.
Pemahaman ini menunjukkan bahwa kesempurnaan iman berdasarkan pemahaman iman
Kristen hanya terletak dalam diri Yesus.
Yakobus 2:14-26, berbicara tentang iman
yang hidup dan yang mati. Iman yang hidup menurut Yakobus adalah iman yang
disertai perbuatan. Perbuatan dalam kehidupan nyata manusia merupakan perwujudan
dari iman yang baik. Sebaliknya, iman
yang mati adalah iman yang tidak disertai perbuatan.
Sudah banyak saksi iman yang mempunyai
iman yang hidup. Ibrani menyebutkan beberapa saksi iman tersebut. Di antaranya
adalah Habel, Henokh, Nuh, Abraham, Sara, Ishak, Yakub, Musa dan Rahab serta
Musa.
B.
Hikmat
Hal yang tidak dapat dipisahkan dari
iman adalah hikmat. Kata “hikmat” dalam bahasa Yunani adalah Sophia yang artinya kebijaksanaan.
Pemahaman ini cenderung mengarah pada sikap hidup atau perbuatan.
Menurut Eugenia Price, hikmat adalah sesuatu yang aktif dan bergerak bukan
saja sejajar dengan kehendak Allah, tetapi sejajar dengan tuntutan keadaan, baik
yang sudah lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang’. Dengan demikian
hikmat berkaitan dengan sikap aktif yang terjadi dalam waktu tertentu.
Raja Israel yang tidak asing kita kenal
dengan raja yang penuh dengan hikmat adalah Raja Salomo. Hikmatnya tampak
ketika ia memberi keputusan dalam perkara bayi yang diperebutkan oleh 2 orang
ibu. Dalam hal ini, ia tahu bahwa ibu kandungnya tidak akan merelakan anaknya
mati terbunuh. Raja Salomo berpura-pura menyuruh salah satu ibu untuk memotong
bayi menjadi 2. Ibu kandungnya tidak tega melihat anaknya mati terbunuh.
Kemudian ibu kandungnya mencoba mengalah. Ibu yang mengalah inilah ibu kandung
yang sebenamya (1 Raja-raja 3:16-28).
Hikmat mempunyai nilai penting bagi
kehidupan manusia. Amsal menjelaskan hal ini. Dalam Amsal dikatakan bahwa
hikmat lebih berharga dan permata (Amsal 8:11), jauh melebihi emas (Amsal 16:16).
Amsal juga menyatakan bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan (Amsal
9:10).
Hikmat yang dimiliki manusia akan
menjadikan hidupnya lebth baik karena dalam kalimat tersebut terkandung
kekayaan budi yang tak ternilai harganya. Melalui kekayaan budi, manusia pada
akhirnya menjadi berguna bagi orang lain. Hikmat akan semakin sempurna apabila
dimiliki oleh orang-orang yang rendah hati (Amsal 11:2).
C.
Beriman dan Berhikmat
Iman dan hikmat harus dimiliki secara
seimbang oleh manusia. Hikmat dapat memperkaya iman dan iman dapat menjadi
dasar untuk mengarahkan hikmat. Iman tanpa hikmat akan menjadi iman yang
dangkal. Sedangkan hikmat tanpa iman akan menjadi hikmat yang tidak mempunyai
titik akhir yang jelas.
Pada dasamya ada 4 tipe orang dalam
kehidupan manusia, yaitu
(1) orang
beriman tapi tak berhikmat;
(2) orang
berhikmat tapi tak beriman;
(3) orang tak
beriman dan juga tak berhikmat;
(4) orang
beriman sekaligus orang yang berhikmat.
Tipe yang keempat adalah tipe yang
sungguh ideal. Namun, sulit sekali menemui orang bertipe tersebut. Karena
sering kali iman dan hikmat yang kita miliki tidak sejalan. Itu terjadi karena
iman kita tidak mampu dihayati dalam kehidupan nyata. Artinya iman kita terlalu
eksklusif sehingga tidak mampu
dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Sedangkan hikmat yang kita
miliki tidak bersumber pada Tuhan.
Keseimbangan iman dan hikmat dapat terjadi apabila ada kesadaran spiritualitas
yang berpijak pada dunia. Artinya, adanya kesadaran keagamaan yang dibangun di
tengah-tengah kehidupan nyata.
UJI KOMPETENSI
TesTertulis
1. Apa kata kunci dan Ibrani 11:1?
2. Sejak kapan dan apa yang mendasari
munculnya iman Kristen?
3. Apakah yang dimaksud dengan iman
dalam konteks kekristenan?
4. Apa kaitannya antara iman dan hikmat?
5. Apa saja 4 tipe manusia dalam
kehidupan beriman?
0 komentar:
Posting Komentar