A. Hakikat Takut Akan Tuhan
Makna
daRI kata “takut” tidak selalu sama dalam sebuah kalimat. Pada umumnya orang
selalu mengaitkan kata “takut” dengan sesuatu hal yang bersifat misteri seperti
takut kepada hantu, kuburan dan sebagainya. Namun, ada rasa takut yang bersifat
biasa saja seperti takut kepada manusia, perampok, bapak/ibu dan guru karena
lupa mengerjakan tugas rumah dan sebagainya.
Di
dalam takut akan Tuhan terkandung unsur penghormatan, keseganan, dan kekudusan.
Menurut Ensikiopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, secara teologis, kata “takut”
dapat dijelaskan menjadi 4 jenis yaitu:
(1) Ketakutan yang kudus,
(2) Takut diperbudak,
(3) Takut pada manusia dan
(4) Yang disegani.
Takut
akan Tuhan masuk dalam kategori pertama dan keempat.
Dalam
takut akan Tuhan terdapat unsur penghormatan. Rasa hormat tersebut melebihi
rasa hormat kepada manusia. Rasa hormat kepada manusia mungkin terbatas pada
sikap, waktu, tempat, dan kondisi. Namun, rasa hormat kepada Tuhan melebihi
semuanya itu. Semua itu terjadi karena rasa hormat kepada Tuhan terjadi dan
dilihat berdasarkan hati seseorang kepada Tuhan. Tidak terbatas pada sikap,
kondisi, dan waktu tertentu. Di mana pun, kapan pun dan dalam keadaan apa pun,
rasa hormat kepada Tuhan harus senantiasa ada.
Dalam
unsur takut akan Tuhan, terdapat juga unsur keseganan. Yakub menyebut Allah
dengan sebutan “Yang disegani”. Keseganan in i berhubungan dengan rasa takut
manusia terhadap kedahsyatan yang menggetarkan manusia (misa]nya gelombang
Tsunami yang melanda Indonesia pada 26 Desember 2004). Melihat kedahsyatan
peristiwa tersebut, manusia menjadi semakin takut akan Tuhan. Ungkapan lain
yang lebih mendalam adalah segan kepada Tuhan.
Dalam
ketakutan yang kudus, terdapat unsur pertama, yaitu penghormatan kepada Allah
dengan menaati perintah-perintahnya, membenci sambil menjauhkan diri dari semua
bentuk kesalahan (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, hal. 439). Ketakutan
inilah yang selan;utnya sering disebut dengan agama sejati.
Seseorang
dikatakan beragama apabila ia percaya adanya Tuhan dengan cara mematuhi
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam perspektif iman Kristen rasa
takut akan Tuhan harus diikuti dengan sikap percaya kepada Tuhan Yesus Kristus
sebagai Juruselamat sejati.
B. Tujuan dan Bentuk Sikap
Takut Akan Tuhan
Dalam
bingkai iman Kristen sikap takut akan Tuhan dilakukan bukan untuk mendapatkan
keselamatan. Tetapi sebagai bentuk ucapan syukur atas keselamatan yang sudah
diperolehnya melalui pengurbanan Yesus Kristus di kayu salib. Apabila ada orang
Kristen mempunyai sikap takut akan Tuhan untuk mendapatkan keselamatan,
tindakan itu tidak sesuai dengan ajaran iman Kristen.
Bentuk
dan sikap takut akan Tuhan tidak berarti membawa kalung salib dan Alkitab ke
mana pun kita pergi. Atau menggunakan barang-barang tersebut sebagai senjata
untuk melawan kuasa kegelapan. Misalnya, memakai kalung salib karena sering
pulang malam melewati kuburan. Kalung salib ataupun Alkitab bukan alat
perlindungan diri dari roh-roh jahat. Benda-benda tersebut tidak dapat
melindungi kita dan roh-roh jahat. Hanya Tuhan yang mampu melindungi kita
(Ulangan 5:10).
Pemaparan
tersebut bukan berarti kita tidak boleh membawa Alkitab atau kalung salib ke
mana-mana. Selama pemakaian barang-barang tersebut tidak melebihi benda biasa
dan kita tidak memandang benda-benda tersebut memiliki kekuatan melebihi
kekuatan Tuhan, sebenarnya tidak masalah. Sebaliknya, apabila Alkitab dan
kalung salib sudah menjadi tuhan atas hidup kita sehingga kita mengandalkannya,
itu artinya kita sudah menduakan Tuhan. Walaupun kita tidak membawa Alkitab dan
kalung salib saat melewati kuburan pada malam han, kita tidak perlu takut
karena Tuhan senantiasa menyertai kita. Bahkan, saat kita menjauh dan Tuhan,
Dia tetap mendekat pada kita, karena Tuhan sangat mengasihi kita dengan cinta
yang tulus.
Rasa
takut akan Tuhan lebih bersifat batiniah. Apabila seseorang terlibat aktif di
gereja dan persekutuan-persekutuan pemuda atau remaja, tetapi ia tidak
mengasthi sesamanya, rasa takut akan Tuhan tidak menjadi sempurna. Rasa takut
akan Tuhan tidak hanya ditunjukkan dengan tekun beribadah, melainkan juga
dengan mengasihi sesama baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Persekutuan-persekutuan
Pemahaman Alkitab (PPA) dan ibadah di gereja merupakan sarana kita untuk
memupuk iman dan lebih mengenal Tuhan. Sepulang ibadah, perbuatan kita harus
mencerminkan orang-orang percaya yang takut akan Tuhan.
Selain
itu, sikap takut akan Tuhan itu juga dapat dikembangkan dengan memiliki
hubungan pnibadi dengan Tuhan melalui doa. Perlu diyakini bahwa doa merupakan
sarana kita untuk berkomunikasi dengan Tuhan.
Semua
bentuk yang telah dipaparkan tersebut hanyalah suatu sikap yang tampak secara
lahiriah. Di sini yang paling penting bukan yang lahiriah tetapi batiniah.
C. Tokoh-tokoh Alkitab yang
Takut Akan Tuhan
Banyak
tokoh Alkitab yang mampu menunjukkan sikap takut akan Tuhan, meskipun mereka
sama seperti kita, memiliki dosa dan kelemahan. Kita akan mencoba melihat sisi
baik dari tokoh-tokoh yang takut akan Tuhan itu. Dalam pelajaran ini kita hanya
membahas 3 tokoh yang takut akan Tuhan,yaitu Daud, Yosia, dan Rasul Paulus.
1. Daud
Salah
satu sikap tidak takut akan Tuhan yang diperlihatkan Daud adalah ketika ia
berbuat dosa dengan merebut Batsyeba dari tangan suaminya, Uria. Lalu, ia
dengan sengaja menempatkan Uria pada barisan terdepan ketika berperang agar
Uria terbunuh sehingga ia bisa leluasa memperisteri Batsyeba. Namun, setelah
itu, Tuhan mengutus Nabi Natan untuk memperingatkan kesalahan Daud itu. Setelah
diingatkan Daud menjadi takut akan Tuhan dan akhirnya menyesali dosa-dosanya
kepada Tuhan (2 Samuel 12:1-25)
2. Yosia
Yosia
adalah raja Yehuda (639-609 SM). Anak Aman dan cucu Manasye. Dia naik takhta
ketika usia 8 tahun. Sebagai raja Yehuda ia sudah melakukan apa yang benar di
hadapan Tuhan. Dia melakukan reformasi di bidang keagamaan dengan menghancurkan
tempat-tempat yang sering digunakan untuk menyembah baal-baal (ilah-ilah lain)
berupa kepercayaan politeisme, yaitu kepercayaan adanya banyak tuhan. Akhimya,
apa yang ia lakukan itu berhasil dan ia kemudian mengajak bangsa Israel untuk
menyembah satu Tuhan saja. Reformasi itu dilakukannya ketika berusia 18 tahun.
Jadi, saat itu ia masth sangat muda (2 Raja-raja 22:1-20).
3. Rasul Paulus
Tokoh
paling terkenal dalam Peqanjian Baru adalah Rasul Paulus. Kamu mungkin sudah
tahu ceritanya. Bagaimana dia sebelumnya sangat membenci orang Kristen dengan
cara menyeret dan membunuh mereka. Namun, karena cinta kasih Tuhan Yesus, dia
akhirnya diselamatkan oleh Tuhan dan bahkan diberi tugas untuk memberitakan
Injil.
UJI KOMPETENSI
1.
Ada berapa pemahaman kata “takut” menurut Ensikiopedi Alkitab Jilid II?
Sebutkan dan jelaskan!
2.
Apakah tujuan kita mempunyai rasa takut akan Tuhan?
3.
Gambarkan bentuk sikap takut akan Tuhan yang tepat!
4.
Menurut pendapatmu mana yang lebih baik takut akan Tuhan atau takut
kepada teman? Berikan alasannya!
5.
Jelaskan bentuk sikap takut akan Tuhan yang dimiliki oleh Daud, Yosia,
dan Rasul Paulus!
0 komentar:
Posting Komentar