a. Nilai dan Norma
Nilai merupakan realitas yang abstrak, yang dapat kita rasakan dalam din kita masing-masing sebagai daya dorong atau prinsip atau pedoman dalam hidup manusia secara praktis. Itulah sebabnya nilai merupakan sisi yang sangat penting dan melekat erat dalam hidup manusia dalam hal: pola pikir dan pola tingkah laku. Nilai itu ditanamkan pada seseorang dalam suatu proses sosialisasi melalui: keluarga, masyarakat/lingkungan, lembaga pendidikan, agama, media massa, tradisi dan kelompok-kelompok sebaya tertentu (Kaswardi, 1993:20-23). Biasanya, suatu nilai erat hubungannya dengan suatu budaya. Oleh sebab itu disebut juga nilai budaya. Nilai budaya adalah suatu konsep yang berakar dan dalam emosi masyarakat. Sehubungan dengan itu, nilai budaya disebut dengan sistem nilai budaya. Sedangkan sistem nilai budaya adalah suatu sistem yang terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat tentang hal-hal yang dianggap bernilai dalam atau berharga hidup. Oleh sebab itu sistem nilai budaya ini berfungsi sebagai pedoman yang sangat tinggi bagi acuan kelakuan manusia dan mengatur perilaku manusia (Koentjaraningrat, 1978:32).
Dengan demikian, suatu nilai tidak perlu sama bagi seluruh masyarakat karena pada suatu masyarakat terdapat kelompok-kelompok yang berbeda secara sosial-ekonomi, politik, agama, dan etnik. Masing-masing kelompok masyarakat mempunyai sistem nilai sendiri. Nilai-nilai tersebut terpatri dalam kondisi-kondisi sosio-ekonomik dan politik secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, nilai-nilai tersebut bukan merupakan realitas yang tertutup, sebab walaupun ada perbedaan nilai, tetap memiliki kesatuan nilai secara umum. Sifat nilai itu selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan sosial (Kaswardi, 1993: 21-25).
Sementara, norma adalah istilah umum atau universal dan mencakup sesuatu yang ideal, yang berkaitan dengan hukum, ketentuan-ketentuan, dan prinsip-prinsip dan kepastian (Macquarrie, 1986:426). Hal itu berarti juga bahwa norma adalah suatu ukuran untuk menentukan sesuatu (Poerwodarminta, 1986:678). “Sesuatu” yang dimaksud adalah menyangkut hidup manusia. Itulah sebabnya, James Chidress pernah mengatakan bahwa norma adalah sesuatu yang membimbing ke arah hakikat dan perbuatan manusia. Lebih praktis lagi, norma membawa ke arah model suatu perbuatan yang baik atau yang buruk, sesuatu yang wajib atau diperbolehkan (Macquarie, 1986:425).
Hukum, prinsip, dan ketentuan yang membawa manusia untuk melaksanakan perbuatannya itu menyangkut juga etika yang erat hubungannya dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dan dialami oleh seseorang. Baik buruknya perbuatan seseorang pada situasi tertentu dapat dinilai dengan suatu alat ukur, yaitu norma.
b. Nilai dan Norma Kristiani
Apabila kita berbicara tentang nilai dan norma kristiani, kita harus juga mengirigat ajaran-ajaran Kristen, khususnya yang menyangkut pedomanpedoman hidup Kristen. Pedoman tersebut menyangkut etika Kristen. Etika Kristen inilah yang mengontrol, mengoreksi, dan mengarahkan perbuatan orang-orang Kristen dalam berbuat secara nyata atau perbuatan praktis. Dasar yang digunakan adalah firman Tuhan. Misalnya: Sepuluh Perintah Allah yang tercantum dalam Keluaran 20:1-17 dan yang disarikan di dalam Hukum Kasih (Matius 22:37-40; Markus 12:30-31; Lukas 10:27) yakni:
Nilai-nilai dan norma-norma kristiani, khususnya tentang kasih.
diterangkan secara praktis di 1 Korintus 13:4—8, antara lain:
Di dalam Alkitab, masih ada banyak petunjuk yang berkaitan dengan nilai dan norma kristiani yang semuanya mendidik, mengarahkan dan membangun orang Kristen dalam menjalankan hidupnya. Nilai dan norma kristiani erat hubungannya dengan praktik hidup antara iman dan perbuatan. Sementara, iman tanpa perbuatan itu pada hakikatnya iman itu mati (Yakobus 2:17).
c. Praktik Hidup Sesuai Nilai dan Norma Kristiani
Bacalah Lukas 10:25-37, Matius 22:35-40, Markus 12:28-34, Matius 5:44, dan Lukas 6:27, 35. Ayat-ayat tersebut menerangkan kasth yang berkaitan dengan perbuatan nyata dalam praktik hidup seseorang. Kasih telah menembus sampai wilayah musuh. Mengasihi orang yang memusuhi kita dan orang yang membenci kita, sangat sulit bahkan hampir tidak mungkin kita lakukan. Namun, firman Tuhan hams kita lakukan dengan tanpa duka dan terpaksa. Bahkan dalam Mazmur 4:5, 37:1, 8 dikatakan bahwa kita boleh marah, tetapi tidak boleh berbuat dosa, namun kita tidak boleh marah hanya karena orang berbuat jahat kepada kita. Itu berarti kemarahan tidak boleh dibalas dengan kemarahan pula.
Kejahatan tidak boleh dilawan dengan kejahatan. Secara praktis, ada orang yang memberi saran demiki . apabila kamu dilempar batu, balaslah dan lemparlah orang itu dengan kapas. mi suatu ilustrasi yang mungkin dapat kita terima, namun ada unsur pembalasan dan dendam. Sementara, unsur pembalasan dan dendam itu justru tidak boleh bagi norma dan nilai-nilai kekristenan. Dalam hal mi, kita diingatkan tentang peristiwa di Taman Getsemani ketika Tuhan Yesus ditangkap dan Petrus membela-Nya dengan menggunakan pedang, namun kata Tuhan Yesus: “Masukkan pedang itu …“ (Matius 26:52; Yohanes 18:11).
Uji Kompetensi
Nilai merupakan realitas yang abstrak, yang dapat kita rasakan dalam din kita masing-masing sebagai daya dorong atau prinsip atau pedoman dalam hidup manusia secara praktis. Itulah sebabnya nilai merupakan sisi yang sangat penting dan melekat erat dalam hidup manusia dalam hal: pola pikir dan pola tingkah laku. Nilai itu ditanamkan pada seseorang dalam suatu proses sosialisasi melalui: keluarga, masyarakat/lingkungan, lembaga pendidikan, agama, media massa, tradisi dan kelompok-kelompok sebaya tertentu (Kaswardi, 1993:20-23). Biasanya, suatu nilai erat hubungannya dengan suatu budaya. Oleh sebab itu disebut juga nilai budaya. Nilai budaya adalah suatu konsep yang berakar dan dalam emosi masyarakat. Sehubungan dengan itu, nilai budaya disebut dengan sistem nilai budaya. Sedangkan sistem nilai budaya adalah suatu sistem yang terdiri atas konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat tentang hal-hal yang dianggap bernilai dalam atau berharga hidup. Oleh sebab itu sistem nilai budaya ini berfungsi sebagai pedoman yang sangat tinggi bagi acuan kelakuan manusia dan mengatur perilaku manusia (Koentjaraningrat, 1978:32).
Dengan demikian, suatu nilai tidak perlu sama bagi seluruh masyarakat karena pada suatu masyarakat terdapat kelompok-kelompok yang berbeda secara sosial-ekonomi, politik, agama, dan etnik. Masing-masing kelompok masyarakat mempunyai sistem nilai sendiri. Nilai-nilai tersebut terpatri dalam kondisi-kondisi sosio-ekonomik dan politik secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, nilai-nilai tersebut bukan merupakan realitas yang tertutup, sebab walaupun ada perbedaan nilai, tetap memiliki kesatuan nilai secara umum. Sifat nilai itu selalu mengalami perubahan sesuai dengan perubahan sosial (Kaswardi, 1993: 21-25).
Sementara, norma adalah istilah umum atau universal dan mencakup sesuatu yang ideal, yang berkaitan dengan hukum, ketentuan-ketentuan, dan prinsip-prinsip dan kepastian (Macquarrie, 1986:426). Hal itu berarti juga bahwa norma adalah suatu ukuran untuk menentukan sesuatu (Poerwodarminta, 1986:678). “Sesuatu” yang dimaksud adalah menyangkut hidup manusia. Itulah sebabnya, James Chidress pernah mengatakan bahwa norma adalah sesuatu yang membimbing ke arah hakikat dan perbuatan manusia. Lebih praktis lagi, norma membawa ke arah model suatu perbuatan yang baik atau yang buruk, sesuatu yang wajib atau diperbolehkan (Macquarie, 1986:425).
Hukum, prinsip, dan ketentuan yang membawa manusia untuk melaksanakan perbuatannya itu menyangkut juga etika yang erat hubungannya dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dan dialami oleh seseorang. Baik buruknya perbuatan seseorang pada situasi tertentu dapat dinilai dengan suatu alat ukur, yaitu norma.
b. Nilai dan Norma Kristiani
Apabila kita berbicara tentang nilai dan norma kristiani, kita harus juga mengirigat ajaran-ajaran Kristen, khususnya yang menyangkut pedomanpedoman hidup Kristen. Pedoman tersebut menyangkut etika Kristen. Etika Kristen inilah yang mengontrol, mengoreksi, dan mengarahkan perbuatan orang-orang Kristen dalam berbuat secara nyata atau perbuatan praktis. Dasar yang digunakan adalah firman Tuhan. Misalnya: Sepuluh Perintah Allah yang tercantum dalam Keluaran 20:1-17 dan yang disarikan di dalam Hukum Kasih (Matius 22:37-40; Markus 12:30-31; Lukas 10:27) yakni:
- Mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan kita.
- Mengasihi sesama manusia seperti mengasihi diri sendiri.
Nilai-nilai dan norma-norma kristiani, khususnya tentang kasih.
diterangkan secara praktis di 1 Korintus 13:4—8, antara lain:
- Sabar
- Murah hati
- Tidak cemburu
- Tidak memegahkan din dan tidak sonibong
- Tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan sendiri
- Tidak pemarah dan tidak menyiinpan kesalahan orang lain
- Tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran
- Menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu
Di dalam Alkitab, masih ada banyak petunjuk yang berkaitan dengan nilai dan norma kristiani yang semuanya mendidik, mengarahkan dan membangun orang Kristen dalam menjalankan hidupnya. Nilai dan norma kristiani erat hubungannya dengan praktik hidup antara iman dan perbuatan. Sementara, iman tanpa perbuatan itu pada hakikatnya iman itu mati (Yakobus 2:17).
c. Praktik Hidup Sesuai Nilai dan Norma Kristiani
Bacalah Lukas 10:25-37, Matius 22:35-40, Markus 12:28-34, Matius 5:44, dan Lukas 6:27, 35. Ayat-ayat tersebut menerangkan kasth yang berkaitan dengan perbuatan nyata dalam praktik hidup seseorang. Kasih telah menembus sampai wilayah musuh. Mengasihi orang yang memusuhi kita dan orang yang membenci kita, sangat sulit bahkan hampir tidak mungkin kita lakukan. Namun, firman Tuhan hams kita lakukan dengan tanpa duka dan terpaksa. Bahkan dalam Mazmur 4:5, 37:1, 8 dikatakan bahwa kita boleh marah, tetapi tidak boleh berbuat dosa, namun kita tidak boleh marah hanya karena orang berbuat jahat kepada kita. Itu berarti kemarahan tidak boleh dibalas dengan kemarahan pula.
Kejahatan tidak boleh dilawan dengan kejahatan. Secara praktis, ada orang yang memberi saran demiki . apabila kamu dilempar batu, balaslah dan lemparlah orang itu dengan kapas. mi suatu ilustrasi yang mungkin dapat kita terima, namun ada unsur pembalasan dan dendam. Sementara, unsur pembalasan dan dendam itu justru tidak boleh bagi norma dan nilai-nilai kekristenan. Dalam hal mi, kita diingatkan tentang peristiwa di Taman Getsemani ketika Tuhan Yesus ditangkap dan Petrus membela-Nya dengan menggunakan pedang, namun kata Tuhan Yesus: “Masukkan pedang itu …“ (Matius 26:52; Yohanes 18:11).
Uji Kompetensi
- Jelaskan apa yang disebut dengan nilai!
- Apakah yang dimaksud dengan ‘sistem nilai budaya’?
- Apakah yang disebut dengan norma?
- Apakah manfaat norma dalam hidup manusia?
- Apakah yang disebut dengan nilai dan norma kristiani?
- Apakah yang menjadi dasar nilai dan norma kristiani?
- Sebutkan beberapa contoh konkret dalam hidup sehari-hari, norma yang berlaku di masyarakat sekitarmu!
- Berilah contoh konkret bagaimana melakukan nilai dan norma kristiani!
- Apa hubungan antara etika Kristen dan nilai dan norma?
- Iman dan perbuatan harus saling terkait. Carilah contoh dalam perbuatan sehari-hari!
0 komentar:
Posting Komentar