Minggu, 28 Juli 2013

Kedewasaan Sosial Menjalin Relasi dengan Sesama



A. Dasar-dasar Membangun Relasi

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat melepaskan diri dari hubungan dengan sesama. Tidak ada seorang pun manusia yang dapat hidup sendiri. Kata “saling” tersebut paling tidak menunjukkan hubungan antara dua orang atau lebth.

Coba renungkan! Apakah setiap orang mampu membuat pakaian, kursi, meja, alat tulis maupun buku sendiri tanpa bantuan orang lain. Tentu tidak!
Pakaian, kursi, meja, alat tulis dan buku yang kita gunakan adalah hasil karya orang lain.

Tuhan memberikan manusia keahlian masing-masing. Perbedaan keahlian tersebut merupakan sebuah sarana untuk saling melengkapi dan membantu kebutuhan orang lain. Kelebihan seseorang akan melengkapi kekurangan orang lain. Demikian pula sebaliknya sehingga tercipta hubungan timbal balik.

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika seseorang menjalin
relasi dengan orang lain, yaitu faktor dan dalam (Aku), faktor dan luar (Kau),
dan faktor citra baku (stereotip=pandangan klise).

1. Faktor dan dalam (Aku)

Terjadinya relasi yang baik pada dasamya dimulai dan diri sendiri (Aku). “Aku” mampu membuat relasi menjadi baik atau tidak. Relasi akan menjadi baik ketika “Aku” mampu mempunyai prinsip win-win thinking (berpikir menang-menang), bukan lose-lose thinking (berpikir kalah-kalah) atau win-lose thinking” (menang-kalah). Dengan kata lain “yang penting aku”. Ungkapan “yang penting aku” menunjukkan sikap mementingkan diri sendiri
dan tidak peduli kepada orang lain. Apabila prinsip ini diterapkan dalam relasi, lambat-laun relasi yang dibangun akan menjadi runtuh.

Sedangkan win-win thinking merupakan pola pikir yang membuat aku dan kamu menjadi pemenang. Dengan kata lain, semua pihak merasa untung, mendapat penghargaan (dihargai) keberadaannya oleh pihak lain. Dengan demikian, tidak ada orang yang merasa kalah, dirugikan, tidak dihargai atau kecewa. Untuk itu, zvin-zvin thinking harus diterapkan untuk menjalmn relasi.

2. Faktor dan luar (Kau)

Ketika “aku” menerapkan “win-win thinking” dan orang lain juga menerapkan prinsip yang sama, relasi yang baik sangat besar kemungkinannya untuk terjadi. Namun, prinsip win-win thinking yang kita miliki menjadi tidak seimbang ketika orang lain menerapkan prinsip-pninsip win-lose thinking. ini ‘ berarti relasi yang baik akan terjadi apabila semua pihak menerapkan win- win thinking. Sulitnya, tidak semua orang dengan mudah menerima dan menerapkan prinsip ini.

3. Faktor citra baku (stereotip)

Citra baku (stereotip) merupakan suatu pandangan yang ada pada seseorang atau masyarakat tentang suatu hal dan pandangan tersebut sudah melekat secara mendalam dalam pola pikimya sehingga sulit untuk diubah. Misalnya, banyak orangtua yang melarang anak perempuan pulang ke rumah melebihi pukul 22.00, karena akan dianggap perempuan yang kurang baik. Namun, bagi anak-anak laki-laki sedikit lebih bebas. Pulang melebihi jam tersebut dianggap hal yang biasa.

Stereotip tersebut membuat diskriminasi antara laki-laki dan perempuan. Relasi yang terjadi antara perempuan dan laki-laki sering kali dalam keadaan atas—bawah atau subyek—objek. Laki-laki selalu menduduki tempat terutama dan teratas dalam statusnya. Sedangkan perempuan harus lebih rendah daripada laki-kaki. Keadaan ini berdampak pada relasi yang teijadi di antara mereka. Perempuan selalu dijadikan pelengkap saja sehingga harus selalu tunduk kepada laki-laki. Artinya, laki-laki selalu berada pada posisi win. Sedangkan perempuan pada posisi lose. Keadaan ini meruntuhkan relasi antara laki-laki dengan perempuan dalam keadaan sejajar dan sederajat di hadapan Tuhan. Padahal Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dalam keadaan sederajat (Kejadian 2:18-25).

Di samping ketiga faktor tersebut terdapat satu faktor penunjang yang juga cukup penting, yaitu komunikasi. Tanpa komunikasi yang baik, relasi tidak akan berjalan baik. Karena dengan komunikasi yang balk, hal-hal yang menjadi penghambat relasi akan dapat dibongkar. Komunikasi menjadi baik apabila terjadi sikap mengerti dan memahami apa yang menjadi pesan dari pihak lain walaupun memiliki paham atau pendapat yang berbeda.

B. Macam-Macam Relasi

1. Pribadi-pribadi

Bagi remaja relasi pribadi dengan pribadi ini sangat tampak. Pada umumnya, remaja memiliki seorang sahabat. Dengan sahabatnya, Ia akan membangun relasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Seorang sahabat selalu mengerti suka duka din kita. Reläsi yang baik dengan sahabat akan tetap terus terjadi walaupun sahabat kita mengalami kesusahan. Inilah yang disebut sahabat sejati.

Hubungan antarpribadi juga terjadi antara seseorang dengan kekasihnya, ayah—ibu dengan anaknya dan suami dengan istrinya. Hubungan antara pribadi dengan pribadi akan lebih mudah dikelola. Maksudnya, lebth mudah dikembangkan dan dikendalikan menjadi baik ketika terjadi konflik karena hanya sedikit orang yang terlibat. Walaupun memang tidak selalu dengan
sedikitnya orang yang terlibat, relasi yang terjadi akan lebih mudah dikelola. Semuanya tergantung pada tiga faktor yang sudah dibahas pada poin A (factor 1, 2, dan 3).

2. Pribadi-kelompok

Relasi pribadi dengan kelompok biasanya pada sebuah organisasi tertentu. Misalnya, relasi antara kamu dengan pengurus, anggota kelompok karang taruna atau persekutuan pemuda gereja.

Kamu masuk atau begabung pada kelompok tertentu tentu mempunyai motivasi tertentu. Misalnya, menjadi anggota persekutuan pemuda gereja. Tujuanmu untuk mendekatkan
diri kepada Tuhan. Namun, di sisi lain organisasi juga mempunyai kepentingan sendiri. Antara kepentinganmu dengan kepentingan organisasi tentunya harus selaras. Apabila kehadiranmu tidak jelas dalam organisasi tersebut, kehadiranmu menjadi tak berguna dan sia-sia. Namun, sering kali kepentingan organisasi dibangun atas kesepakatan orang-orang yang mempunyai kepentingan-kepentingan berbeda. Orang orang tersebut berniat menyatukan kepentingan-kepentingan yang berbeda untuk dapat mencapai visi dan misi yang sama.



3. Kelompok-kelompok

Relasi antara kelompok dengan kelompok dapat dilihat dan relasi antara komunitas Kristen dengan komunitas Muslim, pemerintah dengan lembaga keagamaan, sekolahmu dengan sekolah yang lain.

Membangun relasi antara kelompok dengan kelompok bukan suatu hal yang mudah, apabila dibandingkan dengan membangun relasi yang sebelumnya. Ini terjadi karena banyak pribadi yang terlibat di dalamnya. Setiap pribadi pasti mempunyai pemikiran yang berbeda. Perbedaan ini mempunyai dampak yang baik bagi sebuah kelompok karena dapat memperkaya fungsi relasi dalam kelompok. Namun, di sisi lain juga sangat rawan konflik.

Sisi yang kurang baik bisa saja terjadi pada kelompok yang berdiri membawa panji-panji nama dan ideologi tertentu. Misalnya, banyak konifik yang berkembang di dunia saat ini adalah konflik antar agama dan antarpartai politik. Konflik yang terjadi karena salah satu kelompok merasa superior, paling baik dan menganggap kelompok lain salah, tidak baik.

Sebenarnya konflik dapat diredam dengan cara-cara yang lebih baik. Misalnya mengadakan dialog dengan kelompok-kelompok yang bertentangan. Cara ini menunjukkan jati din sebagai manusia dewasa, karena lebih menggunakan akal sehat dalam menyelesaikan masalah.
Di samping itu juga konflik dapat diminimalkan karena setiap pribadi dalam kelompok mempunyai prinsip aku dan kamu sama-sama ciptaan Tuhan dan diciptakan menurut gambar Allah sehingga perlu dihargai baik pendapatnya, agamanya, sukunya maupun latar belakangnya. Sama seperti kita menghargai Tuhan.

C. Ajaran Yesus Tentang Membangun Relasi

Sebagai pengikut Yesus Kristus kita perlu belajar dari pribadi-Nya yang mampu menjalin relasi dengan siapapun. Banyak cerita yang dapat kita saksikan dan Injil tentang perjalanan hidup Yesus. Dalam keadaan apa pun, Dia mampu membangun relasi dengan sesamanya.

Beberapa diantaranya adalah cerita tentang percakapan Yesus dengan perempuan Samaria. Orang Samaria adalah musuh orang Yahudi, sehingga orang Yahudi dilarang bercakap-cakap dan bergaul dengan orang Samaria. Karena, orang-orang Samaria dianggap orang kafir oleh orang Yahudi Sehingga harus dijauhi. Yesus sebagai orang Yahudi memberi contoh yang baik.
Orang Samaria bukan kelompok yang perlu dijauhi karena mereka adalah manusia yang juga akan mendapat keselamatan dari Tuhan apabila mau menerima keselamatan tersebut (Yohanes 4:42). Di sampmg itu, dalam cerita orang Samaria yang baik hati dalam Lukas 10:25-37 ditunjukkan bahwa mereka tidak perlu dijauhi.

Ada beberapa orang lain  yang harus dijauhi menurut ajaran Yahudi, yaitu orang yang sakit kusta dan perempuan yang diketahui berbuat zinah. Tetapi Yesus datang ke dunia untuk mengubah tindakan-tindakan orang-orang Yahudi yang salah supaya menjadi benar. Kedatangan Yesus memberi jaminan keselamatan dalam kehidupan kekal kepada manusia yang berdosa. Tentu saja mereka yang percaya kepada Yesus menunjukkannya dengan mengasihi
dan menjalankan semua perintah-Nya.

Bagaimana dengan kita? Mampukah kita membangun relasi yang baik dengan siapa saja? Baik mereka yang berbeda pendapat, agama, suku, bangsa, bahasa maupun latar belakang budaya dan ekonomi. Yesus telah mengajarkan hal yang baik. Kita pun juga harus mampu meneladani tindakan Yesus tersebut.


UJI KOMPUTENSI
1.      Sebutkan dan jelaskan 3 faktor yang perlu diperhatikan seseorang dalam menjalin sebuah relasi
2.       Jelaskan apa yang dimaksud relasi pribadi dengan pribadi. Berikan contoh! (Minimal 5 contoh)
3.       Jelaskan apa yang dimaksud relasi pribadi dengan kelompok. Berikan contoh! (Minimal 5 contoh)
4.      Jelaskan apa yang dimaksud relasi kelompok dengan kelompok. Berikan contoh! (Minimal 5 contoh)
5.      Sebutkan teladan yang telah diberikan Yesus dalam hal menjalin relasi dengan sesama! Tunjukkan ayat-ayatnya!

Gaya Hidup Modern dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Keluarga


1.      Macam-macam Gaya Hidup Modern

Gaya hidup modern merupakan gejala sosial yang terjadi akibat adanya berbagai pengaruh yang muncul dalam masyarakat. Gaya hidup modern sangat memengaruhi nilai-nilai yang sudah tertanam dan melekat dalam kehidupan keluarga sehingga mau tidak mau keluarga diperhadapkan dengan nilai-nilai tersebut; yang pada akhirnya harus menentukan sikap untuk
menerima atau menolaknya. Masuknya nilai-nilai dan luar yang bersifat asing dan baru itu membuat keluarga menggumuli nilai-nilai yang berbeda. Akibatnya keluarga mengalami berbagai problematika dan keberatan-keberatan terhadap nilai tersebut.

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perhatian dan pengamatan yang semakin luas dan mendalam atas keluarga sangat dibutuhkan. Buku-buku, majalah, koran, televisi, video, compact disc (CD), laser disk, internet, telepon, handphone, dibanjiri dengan sajian-sajian menarik.

Bukan saja oleh para pakar yang mengulas secara ilmiah, tetapi juga paranormal menggelutinya secara magis dengan pelbagai sudut pandang. Upaya tersebut dilakukan untuk memberikan jalan keluar atas pelbagai masalah kehidupan keluarga. Dengan itu gaya hidup modern mencakup proses perubahan yang luas. Bukan hanya kemajuan di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi yang lebih penting lagi adalah sikap dan pemikiran manusia yang akan dijelaskan berikut ini.

1.1. Perkembangan di bidang Komunikasi dan Informasi

Komunikasi merupakan sarana untuk mengungkapkan dan menyampaikan informasi kepada orang lain. Apa yang kita maksudkan dan kita inginkan dapat diwujudkan melalui komunikasi yang terjadi sepihak atau dua belah pihak yang saling bercerita dan bertutur-sapa. Itu berarti komunikasi merupakan kebutuhan mendasar dalam kehidupan manusia. Komunikasi
merupakan sarana yang menciptakan hubungan dan interaksi antara dua orang atau lebih, yang saling membutuhkan.

Orang tidak perlu bertemu untuk berkomunikasi. Cukup dengan telepon ataupun handphone, mereka dapat mengutarakan keperluan dan maksud mereka, serta menginformasikan tentang apa yang terjadi. Kita dapat mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di Indonesia maupun luar negeri tanpa perlu datang ke tempat kejadian. Televisi dengan fasilitas parabola mau internet dapat menayangkannya, sehingga semua orang di belahan bumi ini dapat melihat dan menyaksikan tragedi maupun hal-hal yang menyenangkan. Menarik untuk disimak dan dicermati berbagai kisah dalam film perang, cinta, telenovela, kisah sekitar selebriti seperti: Gospot, Was-was, Insert, Bibir, dan acara-acara lainnya yang dapat ditonton lewat tayangan televisi.

Sebagai makhluk sosial, setiap orang mempunyai kebutuhan untuk berhubungan dan bergaul dengan orang lain. Dalam membangun hubungan tersebut komunikasi tercipta berdasarkan perasaan dan akal sehat. Dengan begitu manusia dapat menikmati persekutuan batin dengan orang lain. Melalui video compact disc (VCD) atau laser disc (LD), orang dapat memahami diri sendiri dan orang lain, bila film-film yang ditayangkan itu menciptakan komunikasi yang membuat kita belajar membangun hubungan atau relasi yang baik dengan orang lain. Fasilitas chatting melalui internet, membuka kesempatan bagi setiap insan untuk menjalin hubungan dengan pihak siapa pun, meski tidak harus bertemu karena cukup lewat layar monitor mereka dapat berkomunikasi seperti saling berhadapan dan bertatap muka.

Komunikasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam hubungan kerja manusia. Orang dapat menciptakan hubungan kerja yang harmonis, dan membangun komunikasi yang efektif, apabila mereka yang terlibat dalam relasi kerja itu memahami kekuatannya dan mempunyai kepercayaan diri serta memiliki kemampuan berkomunikasi. Di sisi lain, mereka harus mempunyai kepekaan dan tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap masalah-masalah dalam hubungan kerja yang dapat saja terjadi sebagai akibat dan stagnasi dan kemacetan komunikasi. Oleh karena itu, untuk mempertahankan dan menyempurnakan hubungan kerja manusia yang efektif diperlukan media seperti komputer, lap-top dengan berbagai program, buku-buku, majalahmajalah dan jurnal-jurnal, berita-berita dan ikian dapat diperoleh melalui koran, televisi, internet, telepon, handphone, dan e-mail.

1.2  Perempuan dalam Karier

Pada era modern seperti ini, segala nilai-nilai lama perlahan-lahan mulai berubah. Jika dulu perempuan mendapatkan kesempatan yang kecil untuk terlibat dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, sekarang, perempuan telah ikut serta dalam setiap bidang kehidupan. Khususnya pembangunan di Indonesia saat ini, membuka peluang bagi semua tingkat masyarakat, baik dan tingkat atas maupun tingkat bawah, baik laki-laki maupun perempuan dapat ikut serta dalam pembangunan. Mitos bahwa perempuan hanya menjadi ibu rumah tangga dan mengerjakan pekerjaan di dapur tidak relevan lagi.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, laki-laki mulai sadar bahwa perempuan pun dapat mengajar dan menjadi pemimpin di berbagai lembaga pendidikan. Perempuan bermunculan sebagai guru, dosen dengan berbagai jabatan seperti dekan, rektor, juga ahli dalam berbagai disiplin ilmu. Teman, janganlah engkau tertawa, kini perempuan pun dapat meraih prestasi dalam bidang olahraga baik itu volley, basket, badminton, sepak bola, lan maraton, renang dan sebagainya. Tidak hanya itu, perempuan juga dapat menjadi astronot, polisi, hakim, wartawan, pendeta bahkan tentara.

1.3. Kekerasan dalam Keluarga

Kita telah melihat 2 perubahan (yang positif) karena pengaruh hidup modern. Yakni adanya kemudahan dalam komunikasi dan informasi dan juga kesetaraan antara perempuan dan laki-laki. Selain itu, ada juga aspek negatif yang muncul karena pengaruh hidup modern, yakni kekerasan.

Kekerasan berakar pada budaya masyarakat yang sakit yang cenderung memandang manusia dalam kedudukan yang tidak setara, sebagai musuh, sebagai objek. Manusia menempatkan dirinya sebagai binatang buas terhadap sesamanya dan karena itu senantiasa dapat menerkamnya. Kekerasan dapat tampil dalam wujud yang bermacam-macam seperti misalnya kekerasan dalam keluarga, kekerasan seksual, kekerasan dalam masyarakat (kekerasan sosial).

Kecenderungan orang untuk berpikir bahwa sesamanya adalah pelayan baginya untuk memuaskan ego send in telah menjadi akar penyebab munculnya kekerasan. Kekerasan bisa dalam bentuk fisik, mental/psikis, maupun spiritual. Kekerasan fisik dilakukan dengan cara menampar, memukul, menendang, menginjak-injak, memukul dengan kayu, besi, parang, clurit, dan sebagainya. Kekerasan mental/psikis dapat dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang merendahkan, melecehkan, menghina, memfitnah, sehingga membuat orang lain tersiksa, tertekan, stres/depresi. Kekerasan sosial dapat dilakukan dalam bentuk pembatasan gerak dan pergaulan seseorang. Sedangkan kekerasan spiritual dilakukan dengan cara membuat orang lain merasa bersalah, berdosa, konflik batin yang sebetulnya tidak tepat.
2. Pengaruh Gaya Hidup Modern Terhadap Keluarga

Gelombang globalisasi, arus komunikasi dan informasi yang makin cepat dan canggih tidak saja menguntungkan, tetapi juga berdampak negatif sehingga mengancam kehidupan keluarga. Karena itu, perhatian pada keluarga sangat dibutuhkan. Keluarga adalah unit terkecil sekaligus unit dasar masyarakat, bangsa, dan negara. Demikian pula keluarga merupakan unit terkecil dan unit dasar persekutuan hidup bergereja sehingga keluarga menjadi soko guru atau tiang penunjang utama gereja dan masyarakat.

Makin disadari bahwa keluarga merupakan wadah paling ampuh dalam membangun watak, membina karakter, membentuk pribadi, dan meletakkan nilai-nilai moral. Keluarga sangat vital bagi keberhasilan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan pemahaman ini, betapa pentingnya merencanakan dan melaksanakan upaya pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan bergereja maupun bermasyarakat. Masalah tersebut adalah kegagalan cinta, gagal dalam studi, frustrasi pekerjaan, PIL (Pria Idaman Lain), WIL (Wanita Idaman Lain), kenakalan remaja, perkelahian anak sekolah, narkoba, perselingkuhan, perceraian dan kawin ulang, dan lain-lain.

Masalah-masalah di atas, dapat saja terjadi karena peran ganda orangtua. Peran perempuan sebagai wanita karier bisa jadi membuatnya mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri pendamping suami maupun seorang ibu yang harus merawat dan menjaga anak-anaknya. Akibatnya, anak-anak teijerumus dalam dunia narkotika, seks bebas, karena
berasal dan keluarga yang broken home sebagai akibat dan peran ganda orangtua yang mengejar karier dan kekayaan demi kelangsungan hidup keluarga sejahtera dan masa depan anak-anak. Tujuan hidup sejahtera adalah baik, tetapi hal tersebut sering mengakibatkan sisi negatif yaitu, semakin longgarnya moral keluarga.

Televisi, video, DVD, compact disc (CD), laser disc (LD), hand phone mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi keluarga. Bagi keluarga terutama remaja dan pemuda, sarana tersebut bagaikan sahabat karib yang siap menemaninya setiap waktu. Tak dapat disangkal, daya tarik tayangan-tayangan menarik dari sarana tersebut mewarnai gaya dan filsafat hidup remaja dan generaSi muda dan mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk karakter mereka. Tayangan televisi yang berupa film-film, ikian, sinetron, telenovela yang diimport dari Barat, kebanyakan tidak mengandung informasi yang edukatif, tetapi memuat pesan-pesan yang dapat membawa para remaja ke dalam dunia kekerasan, gaya hidup bebas, hedonisme, merebaknya pemakaian narkotika dan obat terlarang, seks bebas, prostitusi usia dini, perkelahian remaja, dan sebagainya.

Di mata remaja, pemuda, dan juga anak-anak, kekerasan yang ada menjadi hal yang biasa. Kekerasan terhadap orang jahat adalah tindakan yang heroik, tidak peduli prosedur hukum yang seharusnya berlaku. Mereka menjadi agresif dan memiliki kecenderungan untuk memecahkan setiap persoalan dengan jalan kekerasan terhadap orang lain. Hal ini disebabkan tayangan Lain, tayangan televisi sering membawa mereka ke pemikiran yang semau gue
sehingga semua perbuatan tidak sesuai dengan norma.

3. Menyikapi Gaya Hidup Modern Demi Keharmonisan Keluarga

Keluarga bagi anak-anak merupakan wadah untuk memenuhi kebutuhan mereka yang mendambakan keakraban dan kehangatan, memupuk rasa percaya pada diri sendiri dalam pergaulan dengan orang lain maupun pengambilan keputusan dan tindakan sendiri. Peran dan tanggung jawab orangtua dalam pembinaan iman kepada anak-anak adalah dengan memberi
pengajaran Kristen, dalam rangka menciptakan persekutuan hidup keluarga yang damai, bersukacita dan sejahtera. Persekutuan dalam keluarga merupakan sumber-sumber kebahagiaan hidup dan nilai-nilai hidup yang sangat berharga. Orangtua harus bisa mengajarkan anak-anak untuk patuh kepada segala sesuatu yang telah disepakati bersama dalam keluarga. Tujuan semua aturan dan disiplin dalam keluarga tidak sekadar agar anak patuh kepada orangtuanya, melainkan menjadikan aturan itu sebagai alat pengajaran.

Tahukah teman bahwa keluarga Kristen telah menjadi “gereja kecil”, dimana “gereja” ini dapat menjadi tempat untuk bersaksi tentang kasih Tuhan, bersekutu, dan saling melayani.

Pendalaman Materi
Jawablah pertanyaan berikut ini menurut pemahamanmu!
1.      Menurutmu, apa yang dimaksud dengan gaya hidup modern?
2.      Apakah gaya hidup modern itu dapat disebut modernisasi?
3.      Komunikasi melalui media merupakan salah satu gaya hidup
modern. Apa yang kamu pahami mengenai komunikasi?
4.      Televisi merupakan salah satu media komunikasi yang tergolong
sebagai gaya hidup modern. Sebagai sarana pendidikan, apa fungsi
televisi bagi keluarga?
5.      Ibumu adalah wanita karier, sehingga tidak ada di rumah pada saat
kamu mempunyai masalah, padahal kamu sangat membutuhkannya. Apa solusi yang harus kamu lakukan?
6.      Siswa membuat laporan hasil pengamatan terhadap salah satu keluarga harmonis yang menjadi berantakan karena pengaruh gaya hidup modem.

Kedewasaan Karakter Remaja yang Kristiani


A. Nilai-Nilai Kristiani

Banyak sekali nilai kristiani yang dapat ditemukan dalam Alkitab seperti yang sudah kamu sebutkan dalam pendahuluan. Tetapi dalam materi pelajaran ini akan diungkap nilai-nilai kristiani dalain kaitannya dengan tema kompetensi dasar yaitu kedewasaan pribadi secara holistik (menyeluruh; holistik dan kata whole artinya utuh).

Nilai-nilai kristani membuat kita menjadi manusia dewasa. Nilai-nilai ini sebenarnya sudah jelas dalam ajaran Yesus tentang Hukum Kasih (Matius 22: 37-40). Inti dan hukum tersebut adalah bagaimana kita mampu mengasthi Tuhan Allah dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendirii.

Kedua hukum tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk nilai kristiani
yang terwujud dalam sikap, antara lain:

1. Menghargai manusia lain

Dalam sikap menghargai orang lain juga terkandung sikap mengasihi sesama. Orang yang kita hargai bukan saja orang yang mempunyai kedudukan, jabatan, usia yang berada jauh di atas kita tetapi juga orang-orang yang sering kali diremehkan oleh banyak orang. Misalnya penyandang cacat, orang yang terkena virus HIV atau juga AIDS, orang miskin dan orang yang mempunyai tubuh tidak ideal serta wajah yang tidak tampan atau cantik.

Masih ingatkah apa yang dilakukan Yesus terhadap orang Samaria, orang kusta dan perempuan yang berzinah? Mereka dijauhi oleh banyak orang. Tetapi Yesus mendekati mereka dan memberi keselamatan. Dengan demikian sebenarnya mereka juga memiliki kehidupan yang layak seperti manusia yang lain (baca Lukas 7:36-50, Lukas 5:12-16, Lukas 10:25-37)

2. Selalu berpikir positif

Dalam kisah antara Yesus dan perempuan berdosa (Lukas 7:36- 50) Yesus tidak pernah memandang hina perempuan tersebut. Yesus senantiasa berpikir positif dengan melihat sisi positifnya. Bahkan Yesus pun menganggap bahwa perempuan tersebut memiliki kebaikan yang melebihi orang Farisi.

3. Bersukacita dan men gucap syukur

Dua sikap ini selalu berhubungan. Sukacita merupakan bagian dan bentuk ucapan syukur. Sebaliknya dalam ucapan syukur pun senantiasa ada sukacita. ini bukan berarti orang Kristen tidak dapat bersedih dan berduka. Kesedihan dan dukacita jangan terlalu berlarut-larut, tetapi sesegera mungkin harus diganti dengan sukacita dan ucapan syukur. Karena hidup orang Kristen adalah hidup untuk mengucap syukur (Filipi4:4).

4. Percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat

Unsur yang paling mendalam dalam kekristenan adalah percaya kepada Tuhan Yesus. Tanpa pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, tentu hal itu tidak dapat disebut kekristenan. Sebab kata Kristen artinya pengikut Kristus.

Di samping keempat nilai-nilai kekristenan tersebut masih terdapat
nilai-nilai kekristenan lain seperti mengampuni, belas kasihan, dan
sebagainya.

B. Menjadi Individu yang kristiani

Individu yang kristiani senantiasa menerapkan nilai-nilai kristiani dalam setiap kehidupannya baik di keluarga, sekolah, masyarakat maupun gereja. Seseorang yang mampu menerapkan nilai-nilai kristiani di dalam kehidupan dapat disebut sebagai seorang yang sudah berkarakter kristiani.

Nilai-nilai kristiani hidup berdampingan dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat sehingga dalam penerapannya perlu keterbukaan. Dengan  keterbukaan tersebut, karakter kristiani kita dapat menjadi utuh. Memang bukan hal yang mudah untuk menerapkan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan masyarakat. Namun, paling tidak kita perlu berusaha sehingga kita dapat menjadi individu yang berkarakter kristiani dan mampu menjadi garam dan terang dunia.

UJI KOMPETENSI
1.      Menurutmu seberapa penting nilai-nilai kristiani dalam kehidupanmu ?
2.      Apakah kamu selalu menerapkan nilai-nilai kristiani dalam setiap kehidupanmu ?
3.      Apa perbedaan antara nilai-nilai kristiani dengan nilai-nilai yang lain
4.      Ada jugakah nilai-nilai kristiani yang sifatnya universal, artinya mempunyai kesamaan dengan nilai-nilai yang ada dalam agama atau kelompok lain ? coba sebutkan !