Sabtu, 27 Juli 2013

Kedawasaan Hikmat dan Iman



A. Iman
Menurut Ibrani 11:1, iman adalah dasar dan segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dan segala sesuatu yang tidak kita lihat. Dan ayat tersebut paling tidak ada dua kata kunci yaitu dasar-harapan dan bukti. Ini menunjukkan bahwa iman merupakan pijakan dari setiap harapan kita sekaligus bukti dan “keberadaan sesuatu” yang tak terjangkau oleh akal budi manusia.

Dengan demikian, iman melampaui segala akal pikiran manusia. Jawaban atas pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh pikiran manusia dapat dijawab dengan iman. Misalnya tentang Tuhan.
Dengan menggunakan pikirannya, manusia sulit mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Iman muncul dan hati nurani manusia. Itu sudah ada sejak manusia tercipta. Dengan demikian iman tidak dapat dipaksakan kepada atau untuk seseorang.

Iman seseorang muncul dan kesadarannya terhadap kuasa di luar manusia yang kekuatannya melebihi kekuatan manusia (baca iman luar biasa milik seorang perempuan yang sakit pendarahan dalam Matius 9:20). Kesadaran tersebut kemudian memunculkan kepercayaan tentang keberadaan yang sifatnya melebihi manusia. Masing-masing memiliki kepercayaan yang berbeda-beda.

Iman dalam konteks kekristenan, berdasarkan Ensikiopedi Alkitab Masa Kini Jilid II, adalah sikap seseorang yang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan, entah itu kebajikan, kebaikan, atau apa saja. Kemudian sepenuhnya mengandalkan Tuhan Yesus Kristus dan mengakui bahwa segala sesuatu hanya dari Dia. Intinya iman Kristen adalah iman yang berpusat pada Tuhan Yesus Kristus.

Lebih lanjut dikatakan dalam Ibrani 12:2, Yesus memimpin kita dalam iman dan membawa iman kita menuju kesempurnaan. Pemahaman ini menunjukkan bahwa kesempurnaan iman berdasarkan pemahaman iman Kristen hanya terletak dalam diri Yesus.

Yakobus 2:14-26, berbicara tentang iman yang hidup dan yang mati. Iman yang hidup menurut Yakobus adalah iman yang disertai perbuatan. Perbuatan dalam kehidupan nyata manusia merupakan perwujudan dari  iman yang baik. Sebaliknya, iman yang mati adalah iman yang tidak disertai perbuatan.

Sudah banyak saksi iman yang mempunyai iman yang hidup. Ibrani menyebutkan beberapa saksi iman tersebut. Di antaranya adalah Habel, Henokh, Nuh, Abraham, Sara, Ishak, Yakub, Musa dan Rahab serta Musa.

B. Hikmat
Hal yang tidak dapat dipisahkan dari iman adalah hikmat. Kata “hikmat” dalam bahasa Yunani adalah Sophia yang artinya kebijaksanaan. Pemahaman ini cenderung mengarah pada sikap hidup atau perbuatan.

Menurut Eugenia Price, hikmat adalah sesuatu yang aktif dan bergerak bukan saja sejajar dengan kehendak Allah, tetapi sejajar dengan tuntutan keadaan, baik yang sudah lampau, masa kini, maupun masa yang akan datang’. Dengan demikian hikmat berkaitan dengan sikap aktif yang terjadi dalam waktu tertentu.

Raja Israel yang tidak asing kita kenal dengan raja yang penuh dengan hikmat adalah Raja Salomo. Hikmatnya tampak ketika ia memberi keputusan dalam perkara bayi yang diperebutkan oleh 2 orang ibu. Dalam hal ini, ia tahu bahwa ibu kandungnya tidak akan merelakan anaknya mati terbunuh. Raja Salomo berpura-pura menyuruh salah satu ibu untuk memotong bayi menjadi 2. Ibu kandungnya tidak tega melihat anaknya mati terbunuh. Kemudian ibu kandungnya mencoba mengalah. Ibu yang mengalah inilah ibu kandung yang sebenamya (1 Raja-raja 3:16-28).

Hikmat mempunyai nilai penting bagi kehidupan manusia. Amsal menjelaskan hal ini. Dalam Amsal dikatakan bahwa hikmat lebih berharga dan permata (Amsal 8:11), jauh melebihi emas (Amsal 16:16). Amsal juga menyatakan bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan (Amsal 9:10).

Hikmat yang dimiliki manusia akan menjadikan hidupnya lebth baik karena dalam kalimat tersebut terkandung kekayaan budi yang tak ternilai harganya. Melalui kekayaan budi, manusia pada akhirnya menjadi berguna bagi orang lain. Hikmat akan semakin sempurna apabila dimiliki oleh orang-orang yang rendah hati (Amsal 11:2).

C. Beriman dan Berhikmat
Iman dan hikmat harus dimiliki secara seimbang oleh manusia. Hikmat dapat memperkaya iman dan iman dapat menjadi dasar untuk mengarahkan hikmat. Iman tanpa hikmat akan menjadi iman yang dangkal. Sedangkan hikmat tanpa iman akan menjadi hikmat yang tidak mempunyai titik akhir yang jelas.

Pada dasamya ada 4 tipe orang dalam kehidupan manusia, yaitu
(1) orang beriman tapi tak berhikmat;
(2) orang berhikmat tapi tak beriman;
(3) orang tak beriman dan juga tak berhikmat;
(4) orang beriman sekaligus orang yang berhikmat.

Tipe yang keempat adalah tipe yang sungguh ideal. Namun, sulit sekali menemui orang bertipe tersebut. Karena sering kali iman dan hikmat yang kita miliki tidak sejalan. Itu terjadi karena iman kita tidak mampu dihayati dalam kehidupan nyata. Artinya iman kita terlalu  eksklusif sehingga tidak mampu dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Sedangkan hikmat yang kita
miliki tidak bersumber pada Tuhan. Keseimbangan iman dan hikmat dapat terjadi apabila ada kesadaran spiritualitas yang berpijak pada dunia. Artinya, adanya kesadaran keagamaan yang dibangun di tengah-tengah kehidupan nyata.

UJI KOMPETENSI
TesTertulis
1. Apa kata kunci dan Ibrani 11:1?
2. Sejak kapan dan apa yang mendasari munculnya iman Kristen?
3. Apakah yang dimaksud dengan iman dalam konteks kekristenan?
4. Apa kaitannya antara iman dan hikmat?
5. Apa saja 4 tipe manusia dalam kehidupan beriman?

0 komentar: